Kamis, 07 Juli 2022

KOPI DAN GULA JANGAN SALING MENYALAHKAN

Kalau kita minum kopi terasa pahit, maka kita katakan kurang gula

Kalau kita minum kopi terasa kemanisan, maka kita katakan kebanyakan gula

Kalau kita minum kopi terasa nikmat, maka kita katakan kopinya sangat enak


Motivasinya

Gula selalu disalahkan ketika sesuatu itu tidak pas

Sementara ketika sesuatu itu bagus, maka kopi yang diagungkan, gula tidak di sebut sebut.

Belajar bijak menghadapi  dan menanggapi suatu masalah, dengan tidak melihat hanya pada satu sisi saja.  Tetapi belajar untuk melihat dari sisi yang lain juga. 

Belajar seperti gula yang tidak harus menunjukkan jati dirinya dan tidak kecewa walaupun disalahkan, tetapi tetap lakukan yang terbaik karena nilai itu adalah suatu kebaikan tidak hanya pengakuan saja. Pengakuan akan mengikuti kebaikan ketika orang mengetahuinya. 



KELUARGA IBARAT KOPI DAN GULA

Kopi dan gula merupakan hal yang selalu bersama. Jika keduanya disatukan dengan air panas dengan takaran yang pas  maka akan menghasilkan kopi dengan cita rasa yang enak.

Dalam rumah tangga suami istri diibaratkan kopi dan gula, dimana keduanya disatukan ikatan pernikahan.  Jika keduanya saling memahami dan tidak saling mendominasi maka akan tercipta suasana yang harmonis dan menghasilkan kebahagiaan, kesejukan, keharmonisan dan akan menjadi contoh bagi rumah tangga lainnya.

Berikut hikmah dibalik kopi dan gula

1.      Kopi dan gula saling larut untuk menyatu.

Suami Istri dalam rumah tangga harus bisa saling menyatu seperti halnya kopi dan gula dimananya keduanya harus bisa larut, melebur, bersatu walau dengan berbagai perbedaan dan latar belakang yang mereka dimiliki.  Kopi memiliki karakter pahit, sedangkan gula memiliki karakter manis, tapi keduanya saling membutuhkan.  Dan jika larut dan menyatu akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.  Begitu pula rumah tangga jika suami dan istri bisa larut, menyatu, maka akan tercipta keluarga yang harmonis. Oleh  karena itu kopi tidak boleh egois tidak mau larut menyatu dengan gula, dan gula pun tidak boleh egois tidak mau larut dan menyatu dengan kopi.

2.      Kopi atau gula tidak boleh saling mendominasi. 

Bayangkan jika kopi merasa lebih baik dari gula, sehingga kopi harus lebih banyak dari gula maka  pasti akan dihasilkan kopi yang pahit, dan tidak enak untuk dinikmati.  Atau sebaliknya jika gula merasa lebih baik dari kopi sehingga gula harus lebih banyak dari kopi, maka akan dihasilkan kopi yang sangat manis, tidak enak dinikmati dan bisa menyebabkan diabetes.  Dalam rumah tangga pun suami dan istri jangan ada yang mendominasi dan merasa lebih baik atau lebih benar dari yang lain.  Suami istri harus saling menjaga dan memahami satu dengan lainnya. Jika salah satunya ada yang mendominasi dan maka akan terbentuk keluarga yang tidak harmonis, seperti suami takut dengan istri atau istri takut dengan suami, dimana satu dengan yang lain seperti menghadapi hantu, tentu akan menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan untuk keduanya.

3.      Gula harus rela untuk tidak tenar dan mengikhlaskan kopilah yang tenar, tetapi yakinlah bahwa karena gula lah maka kopi  menjadi terkenal.  Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang mendengar gula nya enak, tapi yang selalu kita dengar adalah kopinya enak.  Kopi kita ibaratkan suami dan gula kita ibaratkan istri.  Pada umumnya dalam rumah tangga orang lebih dominan menyebut lelaki sebagai kepala  keluarga, rumah pun jika di beri nama dengan nama suami.  Begitu pula istri pun terkadang disebut nama suaminya, seperti Bu Rahmat, Bu Joni, atau lainnya, meskipun namanya bukan itu.  Tetapi itu umum kita dengar dalam masyarakat. Bahkan istri terkadang melekatkan nama suaminya ketika suaminya menjadi seorang terkenal atau pejabat  meskipun umumnya nama di belakang biasanya nama ayah. Tetapi sering juga kita mendengar nama suami di belakang nama istri. Oleh karena itu Gula tidak boleh iri dengan ketenaran kopi karena tanpa gula kopi tidak akan terkenal. Begitu pula kopi tidak boleh sombong, sebab karena gula lah  maka kopi menjadi terkenal.

4.      Seorang yang ahli membuat kopi ia akan mempelajari takaran yang pas dan proses pembuatan dan pencampuran kopi gula yang pas. 

Untuk menghasilkan kopi yang lezat dan berkualitas seorang chef harus belajar membuat takaran yang pas antara kopi dan gula, bahkan ia harus menambahkan creamer, untuk membuat kopi gula menjadi lebih lezat.  Tapi creamer jangan diartikan orang ketiga ya. Creamer diibaratkan.

Berinovasi dalam takaran diartikan saling mengisi, melengkapi, dan mengingatkan satu sama lain untuk membentuk kesempurnaan di dalam rumah tangga.  sedangkan creamer adalah harus berkonsultasi dengan orang lain yang ahli untuk membuat keluarga menjadi lebih baik keluarga dan lebih harmonis.

Semoga materi ini semakin membuat Rumah Tangga Anda semakin baik dan harmonis

Salam Kopi Gula


2.  KOPI DAN GULA

Kalau kita minum kopi terasa pahit, maka kita katakan kurang gula

Kalau kita minum kopi terasa kemanisan, maka kita katakan kebanyakan gula

Kalau kita minum kopi terasa nikmat, maka kita katakan kopinya sangat enak

 

Motivasinya

Gula selalu disalahkan ketika sesuatu itu tidak pas

Sementara ketika sesuatu itu bagus, maka kopi yang diagungkan, gula tidak di sebut sebut.

Belajar bijak menghadapi  dan menanggapi suatu masalah, dengan tidak melihat hanya pada satu sisi saja.  Tetapi belajar untuk melihat dari sisi yang lain juga. 

Belajar seperti gula yang tidak harus menunjukkan jati dirinya dan tidak kecewa walaupun disalahkan, tetapi tetap lakukan yang terbaik karena nilai itu adalah suatu kebaikan tidak hanya pengakuan saja. Pengakuan akan mengikuti kebaikan ketika orang mengetahuinya. 

Tidak ada komentar:

RAPOR KURIKULUM MERDEKA

RAPOR KURIKULUM MERDEKA BERBASIS EXCEL Rapor Kurikulum Merdeka Berbasis Excel dibuat menggunakan MS Excel yang didesain dengan mudah, ringka...